Orang tua di era millenial ini sangat bangga jika anaknya bisa berbahasa inggris sejak kecil. Tapi itu sangat bisa dimaklumi karena bahasa inggris merupakan salah satu bahasa internasional yang sangat populer. Bisa dikatakan, ketika sudah menguasai bahasa inggris, maka salah satu kunci untuk memasuki gerbang pergaulan ke berbagai belahan dunia sudah berada di tangan.
Namun ada orang tua yang menganggap jangan buru-buru mengajarkan bahasa asing ke anak karena akan membuat sang anak menjadi lambat dalam kemampuan berbicara bahasa ibunya. Ada pula yang khawatir nanti si anak akan campur aduk dalam menggunakan bahasa.
Lalu mana yang lebih baik: mengenalkan bahasa asing sejak dini, atau menunggu nanti kalau si anak sudah mahir dalam bercakap-cakap dengan bahasa ibunya?
Jawabannya saya dapatkan ketika mengikuti talkshow yang digelar oleh English First di Food Society Pakuwon Mall, Sabtu 15 Juli 2017 kemarin. Talkshow tersebut menghadirkan brand ambassador EF, Darius Sinathrya dan Dona Agnesia. Hadir juga seorang psikolog yang biasa nongol di layar TV, Roslina Verauli, M.Psi.
Menurut Mbak Vera, ada beberapa mitos yang berkembang di masyarakat terkait kemampuan multilingual seorang anak. Misalnya seperti yang telah saya sebutkan di awal tadi. Namun itu hanya mitos. Nyatanya, korteks otak anak mengalami perkembangan optimal sejak dalam kandungan hingga usianya 1 tahun. Itulah fase terbaik bagi seorang anak untuk mengenal dan berlajar berbagai bahasa.
Meskipun umumnya belum bisa bicara, namun bayi di bawah 1 tahun akan terus merekam apa yang didengarnya dan merekonstruksinya ketika ia sudah mulai bisa berbicara. Anak yang sejak dalam kandungan sudah sering diperdengarkan lantunan ayat suci Al Quran, maka kemungkinan besar ia nanti juga akan mudah dalam belajar baca Quran, atau bahkan belajar bahasa arab.
Oleh karenanya anak sudah harus diberikan stimulasi sejak dalam kandungan. Ajaklah anak ngobrol, bacakan bacaan berkualitas, dan mulai perkenalkan dengan berbagai bahasa. Misalnya dengan mengajaknya nonton film berbahasa asing atau TV luar negeri. Kelak ketika lahir, terus perdengarkan dan ajak bicara dia meskipun dia belum bisa bicara. Kelak itu akan menjadi bekalnya dalam belajar berbagai bahasa sekaligus.
Tidak ada istilah bingung bahasa. Ketika anak mengenal berbagai bahasa sekaligus, pada fase awal mungkin akan mencampur-adukkan berbagai bahasa dalam ucapannya. Namun pada waktunya nanti dia akan bisa membedakan dan mengelompokkan bahasa yang sama dalam sebuah kalimat. Tidak perlu panik, apalagi menuduh anaknya mengalami bingung bahasa!
Nah ketika seorang anak sudah mulai mengenal dan menyukai bahasa tertentu, arahkan dia. Selalu dampingi dia. Ajaklah bicara dia dengan bahasa yang disukainya. Jika orang tua tidak mampu mendampingi, tidak ada salahnya mengikutkan anak ke tempat kursus atau les bahasa sesuai tingkatannya. Dengan demikian si anak akan memiliki kemampuan multibahasa sekaligus.
Saya setuju dengan apa yang disampaikan Ibu psikolog itu. Saya sudah membuktikan sendiri pada 2 anak saya. Keduanya bisa berbahasa Indonesia, Jawa, Madura dan Inggris sekaligus dalam waktu hampir bersamaan. Kemampuan berbahasa Indonesianya didapat dari kehidupan sehari-hari di lingkungan. Bahasa Jawa diserapnya dari saya yang selalu mengajaknya bicara dalam bahasa Jawa. Bahasa Madura dipelajarinya dari pengasuhnya yang berasal dari Madura, sedangkan bahasa Inggris didapatkan dari menonton video di YouTube.
Awalnya memang sempat mencampur aduk antar berbagai bahasa tersebut. Misal kata kerjanya menggunakan bahasa Jawa, kata benda menggunakan bahasa Inggris. Namun ketika usianya menginjak 4,5 tahun ini, si kakak sudah bisa membedakan sepenuhnya mana kelompok bahasa Indonesia, mana kelompok bahasa Jawa, mana kelompok bahasa Madura dan mana yang bahasa Inggris.
Waaa acara yg sangat berbobot ya. Ulasannya juga mantab soul
anak yang cerdas ya…