Menyulam Mangrove Wonorejo

mangrove surabayaHari ini saya kembali berkunjung ke Bozem Wonorejo Surabaya. Sebelumnya sudah dua kali saya ke sana untuk tujuan yang sama: menanam mangrove di Pantai Timur Surabaya. Yang pertama pada hari Sabtu 26 Juli 2008, yang kedua pada hari Sabtu 18 Oktober 2008.

Waktu itu untuk menuju ke lokasi penanaman mangrove harus menggunakan perahu motor karena jaraknya cukup jauh dari bozem. Itu adalah pengalaman pertama saya naik perahu motor. Asyik juga!

Lokasi yang kami tanami mangrove 2 tahun lalu itu kini telah disulap menjadi kawasan EKOWISATA Mangrove. Warga yang ingin melihat dari dekat bisa naik perahu yang disediakan oleh pengelola kawasan dengan tarif 10 ribu per orang.

***

Berbeda dengan kunjungan pertama dan kedua, kali ini saya datang bersama kawan-kawan Konsumen Hijau atas undangan dari Wawan Some. Kami bertemu dengan Pak Sony ketua Kelompok Tani Mangrove Wonorejo. Kami bergabung bersama para anggota Kelompok Tani tersebut untuk menyulam mangrove di sekitar Bozem.

Menyulam adalah mengganti tanaman yang mati dengan bibit tanaman baru. Bibit-bibit tersebut diambil dari pucuk ranting mangrove yang akan berbuah. Menurut Pak Sony bibit dari pucuk mangrove tersebut memiliki daya tahan yang lebih bagus dibandingkan dengan bibit dari persemaian.

Mangrove yang kami sulam tersebut usianya baru 4 bulan. Tingginya belum ada 1 meter. Ada sekitar 40% tanaman yang mati dan harus kami ganti dengan tanaman baru. Banyaknya tanaman yang mati tersebut salah satunya disebabkan karena cara tanam yang salah: polybag tidak dilepas, sehingga akar mangrove tidak bisa menembus ke dalam tanah.

Untuk menuju ke lokasi penyulaman kami lakukan dengan penuh perjuangan. Kondisi medan yang berlumpur dalam membuat beberapa peserta tertancap kakinya hingga selutut. Sepatu boot yang kami pakai tidak mampu melawan lumpur dan akhirnya banyak kawan yang melepasnya.

Setelah lelah menyulam mangrove kemudian kami makan nasi tumpeng. Menunya: nasi tumpeng, urap-urap kacang panjang dan kecambah kacang ijo, tempe bacem, telor bulat, mie, tahu isi, ayam panggang, dan tidak lupa kare kepiting hasil tambak para petani. Makan bersama di area terbuka di bawah terik matahari dengan menu sederhana tersebut Β terasa sungguh sangat nikmat!

***

Keberadaan hutan mangrove di Pantai Timur Surabaya tersebut sangat vital untuk mencegah terjadinya abrasi. Selain itu di sana terdapat ratusan spesies burung khas dan berbahai hewan lain sehingga juga berfungsi sebagai kawasan konservasi fauna.

Jika bukan kita sendiri, siapa lagi yang akan menjaga kelestarian lingkungan Surabaya?

28 Comments

  1. mbah sangkil 07/02/2010
  2. nothing 07/02/2010
  3. Blogger Terpanas 07/02/2010
  4. Pingback: Lokasi Ekowisata Mangrove Surabaya 07/02/2010
  5. icha imut 07/02/2010
  6. azaxs 07/02/2010
  7. aRuL 07/02/2010
  8. Anas 08/02/2010
  9. sewa mobil 08/02/2010
  10. Jiewa 08/02/2010
  11. harianku 08/02/2010
  12. ndop 08/02/2010
  13. ndop 08/02/2010
  14. arifudin 09/02/2010
  15. cakming 09/02/2010
  16. Jidat 09/02/2010
  17. darahbiroe 09/02/2010
  18. Omiyan 09/02/2010
  19. Blogspreneur 09/02/2010
  20. cah ndueso 09/02/2010
  21. hanif IM 09/02/2010
  22. sawali tuhusetya 10/02/2010
  23. aghofur 10/02/2010
  24. putrago 13/02/2010
  25. fara 17/02/2010
  26. la mendol 17/02/2010
  27. Nenik 01/11/2010
  28. Berkonten 21/10/2015
  29. leo 03/02/2016

Leave a Reply