Beberapa hari lalu saya diundang Pusat Inkubator Industri ITS dalam acara Bimbingan TeknisΒ (bimtek) bagi para tenant. Salah satu materinya tentang legalitas usaha yang disampaikan oleh pembicara dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Surabaya.
Beberapa peserta bimtek sudah punya CV atau PT. Beberapa yang lain belum bikin CV atau PT karena merasa tidak perlu. Buat apa ribet ngurus administrasi, toh usahanya tidak berhubungan dengan tender proyek.
Atau sebenarnya pengen ngurus legalitas usaha karena memang butuh. Selain bikin badan usaha (CV) atau badan hukum (PT), juga bikin NPWP Pengusaha Kena Pajak (PKP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), dan sebagainya. Namun membayangkan prosesnya yang ribet, jadinya malas mengurus.
Inilah Indonesia kita tercinta. Orang punya usaha/bisnis diwajibkan punya ijin ini itu. Tapi buat mengurus ini itu tadi prosesnya terkesan ribet. Bagaimana gak ribet, prosedurnya panjang dan kantor masing-masing lembaga pemberi ijin tadi berjauhan. Sudah tau sendiri kan Surabaya panasnya mintak ampun kalo siang :d
Maka tidak heran jika kemudian muncul istilah “pinjam bendera”. Kalau dapat proyek, pinjam perusahaan orang lain, lalu nanti pemilik perusahaan diberi fee/komisi sekian persen.
Sama-sama untung asalkan bisa saling dipercaya. Jika tidak bisa dipercaya, pemilik bendera atau peminjam bendera bisa sama-sama dirugikan. Nama perusahaan bisa hancur jika peminjam bendera mengerjakan proyeknya asal-asalan. Di lain kasus, peminjam bendera bisa gigit jari karena uang proyek dibawa kabur pemilik bendera π
Maka memiliki bendera sendiri sebenarnya merupakan pilihan yang paling tepat. Baik yang sering berurusan dengan tender proyek, maupun yang sesekali saja mengerjakan proyek yang menyaratkan legalitas usaha tadi.
Yang sama sekali tidak bersentuhan dengan proyek bagaimana? Menurut saya sih lebih baik tetap punya legalitas usaha, setidaknya sebagai wujud kepatuhan kita terhadap peraturan yang ada.
Atau sampeyan punya pendapat lain? Monggo..
nek dodolan domain hosting yo kudu nduwe legalitas usaha barang yo kang π
Yo bro, mergane klayen perusahaan biasane njaluk faktur pajek dan rekening perusahaan, gak akeh tapi nilaine lebih gede daripada jumlahan kabeh klayen personal π
aku malah baru ngerti soal pinjem bendera ini π
di negaranya mbak elly sana mungkin ndak ada ya karena orangnya jujur-jujur π
Saya dulu udah capek capek ngalor ngidul, dimintain “angpau” sana sini, ngurusin SIUP TDP emak buat bisnis, halawong bisnisnya saja nggak jalan, khan repot mas…. π
Coba klo hal itu merupakan dorongan buat rakyatnya biar maju, khan ceritanya lain, misal, “Kini mengurus SIUP+TDP+NPWP satu atap, satu hari selesai, gratis… berhadiah mobil pick up, diundi per kecamatan, sebulan sekali… hiduplah Indonesia Raya….”
ha… ha… ha….
gitu mungkin baru akan cepat maju pak…
hehehhehe… lalu akan ada profesi baru: bikin perusahaan :d
sebuah bukti lagi kalau birokrasi di negeri ini memang sengaja dibuat ruwet dan bertele-tele, mas dion. kalau bisa dibikin sulit, kenapa dibikin mudah? hemm ….
nah itu Pak Guru, bikin gregeten juga kadang-kadang. riweh bin ribet. harus diperbaiki total kalo targetnya menumbuhkan entrepreneur di Indonesia
Nah, ini nih akhirnya butuh solusi: Usaha yang pake sistem network semacam Franchise kayaknya lumayan deh. soale urusan ijin, SIUP dll uda di urus dari pusat… pemilik tinggal beli franchise n jalankan sistem.. yang simpel saat ini…
yap bro mungkin itu bisa jadi alternatif bagi yang ingin bisnis tanpa capek bikin sistem dan rumit soal perijinannya.
menurut ku ngak juga ag hh
sori bro, kalo tujuannya buat nyepam ane hapus linknya π
Kalau fotografer kira kira butuh tidak ya? Selama ini ketika ada proyek foto (pre-wedding) hanya berurusan dengan rekan kerja/klien setelah itu selesai.
Tapi ada sedikit benarnya, dan ini mulai kerasa ketika menghadapi klien yang tahu tentang hukum terkait CV, PT, PKP, SIUP, TDP mereka sempat bertanya dan saya tidak bisa menjawab, karena memang saya tidak tahu. Tetapi mereka tidak sebegitu mempermasalahkan dan tetap enjoy saja, karena sudah ada perjanijian yang saya sodorkan terkait proyek foto.
ya sebenarnya yang perlu dipertimbangkan adalah dengan siapa kita sering bekerjasama bro. kalo kebanyakan klien tidak minta syarat ini itu ya mungkin punya legalitas usaha bisa dikesampingkan. tapi kalo berhubungan dengan klien korporasi biasanya di awal minta company profile, NPWP perusahaan, petetapan PKP, dsb..
pakai biro jasa aja dalam ngurusnya…khan keren punya PT sendiri….
yap bro, sekarang memang banyak biro jasa pengurusan dokumen perusahaan, dan itu sangat memudahkan. sayangnya untuk aktanya kadang mereka pakai notaris yang gak begitu terkenal π
kalau boleh tahu
apa pak dampaknya jika pakai notaris yang tidak terkenal alias ecek-ecek ?
kalau nanti qa dapet proyek pinjam benderanya pak budiono sukses aja ^_^
insya Allah saling menguntungkan :-)..
silakan monggo π
Biar lebih gampang dan enak ngurusnya harus dijadikan pelayanan satu pintu aja lah, jadinya kan ga ribet musti ke sana ke mari.
prinsip birokrasi kan sebaliknya bro, kalo bisa dipersulit kenapa dipermudah? hwhwhw..
aku mau donk,, pak budiono,pinjam bendera bpk aja,,spy ga ribet,,tar dibagi hasillah hehehheee
Kalau kita pinjam bendera, umumnya berapa persen ya mas buat si empunya CV? Terima kasih.
Terima kasih atas kiriman artikelnya, setuju dengan artikel ini, untuk usaha sendiri, apalagi dibidang jasa, tidak perlu membuat CV apalagi PT. Untuk kewajiban membayar pajak, bisa dilakukan menggunakan pajak pribadi, cara hitung dan pengisian menggunakan aplikasi eSPT 1770 2010 dengan menggunakan sistem Norma. Usaha lancar, bayar pajakpun lancar. Kecuali bila customer kita kebanyakan minta legalitas usaha kita, mau tidak mau ya kita harus mengikuti mereka, membuat CV atau PT.