Best Western Papilio Hotel Surabaya

Ini adalah kelanjutan cerita perjalanan kami para blogger dari Surabaya, Malang dan Jakarta berwisata ke Malang dan Surabaya bersama Best Western OJ Hotel Malang dan Best Western Papilio Hotel Surabaya. Pada tulisan sebelumnya sudah saya ceritakan mulai dari kami berkumpul di BW Papilio Hotel, kemudian meluncur ke BW OJ Hotel, berwisata ke Museum Angkut Batu, menikmati ketan durian di Pos Ketan Legenda, kembali ke BW OJ Hotel untuk dinner bersama Bapak GM di Sky Room, dan ditutup dengan tidur nyenyak di kamar BW OJ Hotel.

BACA DI SINI: Best Western OJ Hotel Malang

Zumba, Breakfast, Mandi!

Hari kedua Rabu, 12 April 2017 kami awali dengan senam zumba di halaman depan BW OJ Hotel Malang. Semua peserta tampak antusias mengikuti setiap gerakan yang diperagakan oleh instruktur senam yang sangat energik itu. Bahkan Bapak GM juga ikut berzumba-ria bersama kami dengan sangat semangatnya dari awal hingga akhir.

Sekitar 1 jam kami berolahraga senam zumba dengan berbagai variasi. Saya paling suka ketika musik yang mengiringi lagu gemu famire yang sangat rancak dan energik. Keringatpun bercucuran. Sebelum meninggalkan lapangan, kami sempatkan untuk berfoto-foto dulu!

Setelah zumba, kami langsung menuju Pandanwangi Restaurant untuk breakfast. Sebagian ada yang langsung kembali ke kamar untuk mandi dulu, dan ada juga yang menuju kolam renang untuk lanjut berenang. Pagi itu semua happy dan ceria, siap melanjutkan aktivitas hari ke-2 yaitu kembali ke Surabaya.

Kembali ke Surabaya

Setelah semuanya sarapan dan mandi, sekitar pukul 90.30 kami segera bergegas menuju lobby hotel untuk siap-siap kembali ke Surabaya. Terimakasih untuk Best Western OJ Hotel Malang atas sambutan dan jamuannya. Juga oleh-olehnya. Saya sungguh terkesan dengan keramah-tamahan dan segala fasilitas yang ada. Jika ke Malang, tentu BW OJ akan menjadi referensi utama saya untuk menginap!

Tepat pukul 10.30, kami berangkat meluncur ke Surabaya menggunakan 3 mobil. Rupanya lalu lintas Malang siang itu sungguh macet di mana-mana. Yang paling parah di depan Polsek Blimbing sebelum pertigaan. Sejak dulu daerah situ memang terkenal macet. Ternyata masih saja macet hingga sekarang meskipun sudah dibangun jalan layang.

Berbeda dengan berangkatnya yang kami tempuh dalam 2 jam, kembali ke Surabaya ini memerlukan waktu lebih lama 1 jam, sehingga totalnya untuk meluncur dari Malang ke Surabaya membutuhkan waktu 3 jam.

Lunch di Lontong Balap Rajawali

Karena sudah melewati jam makan siang, kami tidak turun di exit tol Waru, melainkan langsung bablas dan keluar di exit tol Dupak. Tujuan kami adalah ke Lontong Balap Rajawali yang berada di Jalan Rajawali.

Sampai di Lontong Balap Rajawali waktu sudah menunjukkan pukul 13.30. Perut sudah keroncongan dan kami langsung menyantap lontong balap yang segar nan lezat. Menurut pengalaman saya, ini adalah lontong balap paling juara di Surabaya, mengalahkan lontong balap lain yang jauh lebih terkenal.

Jadi lontong balap ini adalah makanan khas Surabaya yang terbuat dari lontong yang disiram dengan taoge panjang berkuah penuh citarasa. Selain itu juga ada campuran lain seperti lentho dan tahu yang dipotong-potong. Taburan bawang goreng menambah citarasa. Sebagai pelengkap, disajikan juga sate kerang yang dimakan dengan bumbu kecap. Wow amazing!

Kami cukup lama makan di Lontong Balap Rajawali ini karena 2 mobil yang lain ketinggalan cukup lama, lebih dari 30 menit. Kami saling bergantian menyantap lontong balap yang lezat itu hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 14.45. Kamipun segera bergegas ke mobil untuk menuju ke hotel.

Welcome to Best Western Papilio Hotel Surabaya

Perjalanan dari Lontong Balap Rajawali menuju hotel ternyata cukup macet karena ada demo di mana-mana dan lalu lintas di jalan yang kami lewati memang biasanya padat. Maka Mas Aji membawa kendaraan melalui rute alternatif melewati Kertajaya, Ngagel, Jemursari, barulah masuk ke Jalan Ahmad Yani dimana Best Western Papilio Hotel Surabaya berada.

Kami baru tiba di hotel pukul 15.45 dan langsung disambut dengan handuk dingin di pintu masuk hotel. Langsung kami usap wajah dan tangan kami dengan handuk dingin itu. Segaaarr!!!

Sambil menunggu check-in, kami menikmati welcome drink & fruits yang selalu tersedia di lobby hotel. Selain jus dan infused water, kita juga bisa menikmati kopi atau teh yang juga selalu tersedia. Sofa yang ada di lobby hotel juga sangat nyaman sehingga hampir saja saya tertidur di sana.

Setelah mendapatkan kunci, kami langsung menuju kamar masing-masing untuk meletakkan barang dan beristirahat sebentar. Saya menginap di kamar superior twin bersama Cak Nuzulul (lagi). Kamarnya sangat besar dengan bed yang besar pula sehingga saya nanti bisa tidur nyenyak tanpa kuatir terjatuh dari bed. Wehehe…

Kamar superior twin ini dilengkapi dengan kamar mandi menggunakan shower gantung yang air hangatnya bisa keluar kapan saja ketika hendak digunakan. Begitu kran dinyalakan, air hangat langsung keluar tanpa harus menunggu sekian menit seperti yang pernah saya jumpai di hotel lain.

Perlengkapan kamar mandi seperti sabun, sampo, pasta gigi dan sikat gigi sudah tersedia di dalam kamar mandi. Handuknya cukup besar dan tebal sehingga mampu mengeringkan tubuh yang basah sehabis mandi dengan cepat. Hair dryer juga tersedia, sehingga bagi yang rambutnya panjang, bisa mengeringkan rambutnya sehabis keramas 😉

In-depth Interview dengan GM dan Bartender Competition

Setelah merebah sebentar dan mandi, kami langsung menuju Blue Morpho meeting room untuk mengikuti ramah tamah bersama Bapak Agus Anom Suroto, GM Best Western Papilio Hotel Surabaya. Nama Bapak GM ini unik, mengingatkan kami akan nama seorang dalang wayang kulit terkenal di Indonesia, yaitu Ki Anom Suroto. Wah jangan-jangan Pak GM ini putra dari Pak Dalang? Ternyata bukan! Jadi waktu Pak GM lahir, kebetulan Pak Dalang sedang pentas di dekat rumahnya. Lalu Pak Dalang memberikan namanya untuk dipakai.

Obrolan dengan Pak GM begitu cair. Para blogger sangat antusias menanyakan berbagai hal terkait bisnis perhotelan dan bagaimana strateginya menghadapi persaingan yang makin ketat. Seperti kita tahu bahwa saat ini di Surabaya berdiri puluhan hotel baru dengan kelas bintang yang sama. Maka perlu strategi khusus untuk memenangkan pasar.

Saya juga sempat menanyakan strategi pemasaran hotel yang bermitra dengan online travel agent (OTA). Pertanyaan ini pernah saya tanyakan sebelumnya ke Pak Anzar Maulana, GM BW OJ Hotel Malang. Yang juga saya tanyakan waktu itu adalah tentang service level. Ketika pelanggan booking dengan harga lebih murah, apakah akan mendapatkan service level yang lebih rendah? Ternyata tidak. Hotel akan memberikan pelayanan yang sama kepada semua tamu meskipun tamu A memesan kamar yang sama melalui OTA dengan harga lebih murah dibanding tamu B.

Setelah berkenalan dan ramah tamah dengan GM, acara dilanjutkan dengan bartender workshop bersama Cak Paul, bantender andalan Best Western Papilio Hotel Surabaya. Cak Paul memperagakan gerakan yang menurutnya sangat sederhana. Lalu meminta peserta untuk maju ke depan menirukan gerakannya. Cak Nuzulul dan Ning Dewi Ratna maju ke depan dan keduanya berhasil memperagakan juggling dengan terjatuh-jatuh botolnya. Ternyata susah juga ya?!

Oia, Blue Morpho ini terletak 1 lantai dengan Mariposa Restaurant. Di lantai yang sama juga terdapat sebuah mushola yang sangat representatif sehingga ketika kita mengadakan pertemuan di Best Western Papilio Hotel Surabaya ini dijamin peserta bisa melakukan ibadah dengan lancar tanpa harus kembali ke kamar dulu.

Hotel Tour

Pukul 18.00 setelah selesai mengikuti acara ramah tamah dengan Bapak GM dilanjut dengan bartender workshop, kami diajak berkeliling seluruh area hotel, melihat semua jenis kamar beserta berbagai fasilitas yang ada. Kami dipandu oleh seorang room boy yang tampan dan murah senyum.

Jadi Best Western Papilio Hotel Surabaya ini adalah hotel bintang 4 yang memiliki lebih dari 200 kamar. Ada 2 jenis kamar, yaitu superior twin, deluxe dan suite. Yang membedakan jenis kamar tadi adalah luas kamarnya dan fasilitas yang ada di dalamnya. Misalnya kamar suite memiliki living room dengan sofa yang nyaman dan kamar mandi di dalam kamar tidur dilengkapi dengan bathtub untuk berendam air panas.

Oia, kamar suite ini terletak di lantai 36 dan memiliki view ke Jalan Ahmad Yani, sehingga tamu bisa menikmati pemandangan lalu lalang kendaraan yang seolah-olah bergerak mengikuti irama tertentu. Jika melihat lebih jauh lagi, pemandangan pesawat landing dan takeoff di bandara Juanda juga cukup cantik.

Semua kamar di Best Western Papilio Hotel Surabaya dilengkapi dengan koneksi internet gratis, sebuah led TV 42 inch dengan saluran internasional, meja kerja, pemanas air dan cangkir untuk membuat teh maupun kopi sendiri, sofa santai, almari yang cukup besar dengan gantungan baju, lampu tidur, minibar dan yang tak kalah penting adalah adanya colokan listrik always on. Meskipun meninggalkan kamar, listrik di colokan always on tetap menyala sehingga tamu tetap bisa mengisi baterai HP, laptop, kamera atau powerbank yang sudah menipis. Begitu kembali ke kamar, baterai sudah penuh dan siap digunakan kembali.

Setelah puas melihat semua jenis kamar, kami diantarkan melihat fasilitas hotel seperti pusat kebugaran Leopard Gym dan spa di lantai 8. Di lantai yang sama juga terdapat sebuah kolam renang outdoor bernama Bantimurung Sky Pool. Malamnya kami akan diundang dinner bersama Bapak GM di Bantimurung Sky Pool ini.

Oia, gedung Best Western Papilio Hotel Surabaya ini sejatinya menjadi satu dengan bangunan apartemen Papilio. Namun untuk fasilitas umum seperti lobby, lift dan kolam renang, semuanya terpisah. Meskipun terletak di lantai yang sama, kolam renang bagi penghuni apartemen dibatasi oleh sebuah tembok taman yang cukup tinggi sehingga pengunjung dari kedua kolam renang tidak bisa saling berpindah tempat.

Bagi yang ingin menggelar acara meeting, BW Papilio Hotel ini juga memiliki Lacewing Ballroom yang sangat besar dan sudah menjadi langganan berbagai instansi untuk menggelar rapat, seminar, pelatihan maupun party. Lacewing Ballroom memiliki kapasitas maksimal 350 seat, dan jika disekat-sekat akan menjadi ruangan yang lebih kecil dengan kapasitas 40, 85 dan 100 seat.

Selain itu juga ada ruang meeting yang lebih kecil yaitu Blue Morpho dengan kapasitas maksimal 70 seat dan yang paling kecil ada Chetosia Room untuk meeting kecil bersama maksimal 20 orang.

Romantic Dinner di Bantimurung Sky Pool

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 ketika kami selesai melakukan hotel tour. Kami tidak kembali ke kamar, melainkan langsung menuju ke Bantimurung Sky Pool. Oia, restaurant di tepi kolam renang ini biasanya hanya dibuka pada hari Jumat dan Sabtu malam saja untuk paket dinner romantis dengan harga yang sangat terjangkau, 100 ribuan saja per orang.

Menu yang ditawarkan adalah aneka hasil laut yang diolah secara langsung ketika tamu datang sehingga makanan benar-benar masih fresh. Sesuai dengan tema dinner di Bantimurung Sky Pool yaitu Kampung Nelayan. Malam itu saya sangat menikmati aneka bakaran ikan dan cumi. Buat yang tidak suka ikan, juga ada bakaran ayam yang tak kalah lezat!

Malam itu saya duduk satu meja dengan Bapak Agus Anom Suroto GM Best Western Papilio Hotel Surabaya. Meskipun sorenya kami sudah ngobrol banyak, malam itu saya diskusi lebih banyak lagi dengan beliau. Topik pembicaraan masih seputar manajemen bisnis perhotelan dan bagaimana sistem kerjasama antara operator dengan pemilik property.

Dari obrolan kami malam itu, terungkap bahwa ternyata Pak Anom inilah yang ‘merintis’ BW OJ Hotel Malang ketika baru dibuka dulu. Setelah running well, barulah beliau pindah ke Surabaya untuk ‘merintis’ Best Western Papilio Hotel Surabaya. Sebuah pengalaman yang sangat berharga karena beliau telah membidani kelahiran 2 buah hotel bertaraf internasional dan dua-duanya terbukti sukses.

Pak Anom juga menceritakan kegiatannya di luar aktivas utama beliau sebagai pimpinan Best Western Papilio Hotel Surabaya, yaitu sedang menyelesaikan studi S2-nya dan beberapa jam dalam seminggu menyempatkan diri untuk mengajar di sekolah pariwisata dan perhotelan. Saya kagum dengan Pak Anom yang di tengah kesibukannya mengelola hotel masih bisa membagi waktu untuk studi dan mengajar.

Saya juga sharing pengalaman menyelesaikan S2 saya dulu di ITS, dan bagaimana kegiatan ngeblog mempermudah saya dalam mendapatkan dan mengolah referensi ilmiah dari berbagai jurnal internasional untuk menunjang penelitian thesis saya. Rupanya Pak Anom tertarik dengan dunia blogging dan ingin suatu saat digelar pelatihan blogging khusus untuk tim yang beliau pimpin. Sayapun menyatakan kesanggupan untuk memberikan bimbingan 🙂

Acara dinner romantis sambil sharing di Bantimurung Sky Pool malam itu kami tutup dengan berfoto bersama dan masing-masing meninggalkan lokasi dengan hati yang gembira.

Jembatan Suramadu Mati Lampu

Selesai dinner di Bantimurung Sky Pool sekitar pukul 21.00, sebenarnya agenda kami adalah mengunjungi jembatan Suramadu untuk melihat keindahan jembatan terpanjang di Indonesia itu. Namun beberapa blogger rupanya sudah sangat capek sehingga memutuskan tidak ikut dan memilih ngobrol lebih lama dengan Bapak GM.

Saya memilih ikut rombongan ke Suramadu. Apa daya, setelah menempuh perjalanan panjang melintasi Ahmad Yani, Jemursari, Kalirungkut, MERR, Kenjeran dan Kedungcowek, ternyata sampai Suramadu lampu yang biasa menerangi pilar utama di tengah jembatan, tidak menyala sehingga kami tidak mendapatkan pemandangan seperti pada foto di atas. (Foto: lihat.co.id)

Setelah melihat-lihat sebentar ke bawah jembatan, yang cukup ramai dengan muda mudi lagi asik menikmati kopi, kami langsung kembali ke hotel.

Oia, malam itu Cak Nuzulul harus pulang sebentar ke Mojokerto untuk mengantarkan anaknya cari bus yang akan mengantarkannya kembali ke Jogja. Maka sebelum sampai hotel kami sepakat untuk mengantarkan hingga pintu keluar Terminal Bungurasih yang kebetulan jaraknya tidak begitu jauh dari Best Western Papilio Hotel Surabaya.

Tidur Nyenyak di Best Western Papilio Hotel Surabaya

Sesampai di hotel, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 maka kamipun langsung menuju kamar masing-masing untuk beristirahat. Sebelum tidur malam, saya sempatkan untuk mandi air hangat supaya badan terasa segar. Saya suka dengan layout kamar mandi di Best Western Papilio Hotel Surabaya yang memberikan sekat berupa tempered glass antara kloset dan shower sehingga mandi tidak luber ke mana-mana.

Kombinasi antara capek, ngantuk dan kasur serta kamar hotel yang sangat nyaman, membuat saya tidur sangat nyenyak malam itu. Tidak terbangun sedikitpun di tengah malam. Baru ketika waktu menunjukkan pukul 04.30 saya terbangun untuk siap-siap sholat subuh.

Saya kaget ternyata ketika saya bangun, Cak Nuzulul sudah berada di kamar. Jadi setelah dia pulang kemarin malam, sampai rumahnya di Mojokerto langsung mengantarkan anaknya ke pinggir jalan untuk naik bus ke Jogja. Begitu anaknya sudah dapat bus, maka Cak Nuzulul langsung kembali ke Surabaya. Wow luar biasa!

Yoga Time!

Ini adalah hari Kamis, 13 April 2017, hari ke-3 kami mengukuti acara close up and personal with Best Western.

Setelah matahari terbit, sekitar pukul 07.00 kami berkumpul di Leopard Gym yang terletak di lantai 8 Best Western Papilio Hotel Surabaya untuk mengikuti kelas yoga. Ini adalah pengalaman pertama saya ikut yoga dan ternyata meskipun gerakannya sangat sederhana, ternyata cukup susah untuk saya ikuti.

Maka saya lebih banyak menjadi pengamat saja.

Selesai kelas yoga sekitar pukul 08.30 dan kami sempatkan berbain sebentar di kolam renang. Ada yang melihat-lihat saja, ada yang renang betulan, ada juga yang sekedar foto-foto.

Air di kolam renang Best Western Papilio Hotel Surabaya ini sangat jernih ditambah dengan semburan air dari pompa, sehingga tercipta sebuah arus air seperti di sungai yang tidak begitu deras. Oia, meskipun kolam renang ini ada di lantai 8, jangan kuatir terjatuh ketika berenang di kolam renang outdoor ini karena konstruksinya tentu sudah dirancang sedemikian kokoh. Dan meskipun tepi kolam itu seperti kaca, tenang saja, itu bukan batas tepi yang sebenarnya kok. Masih ada batas berupa tembok yang jaraknya cukup jauh dari kaca.

Breakfast di Mariposa Restaurant

Setelah puas bemain-main dan berfoto-foto di kolam renang, kami langsung menuju Mariposa Restaurant di lantai 7 Best Western Papilio Hotel Surabaya untuk sarapan pagi. Sangat banyak pilihan makanan yang disajikan di sana, namun saya memilih menu yang ringan-ringan saja.

Tak lupa setelah menyantap berbagai sajian, saya menikmati minuman tradisional yang selalu tersaji di restaurant ini. Ada beberapa pilihan minuman tradisional, namun saya memilih beras kencur, supaya badan tambah segar dan nafsu makan meningkat. Wohoho…

Setelah itu kami kembali ke kamar masing-masing untuk mandi dan bersiap-siap mengunjungi Museum House of Samporna.

Berwisata ke Museum House of Sampoerna

Sebenarnya sesuai jadwal kami harusnya sudah meluncur ke House of Sampoerna pada pukul 10.00, namun karena ada beberapa kawan blogger yang persiapannya agak lama, baru pukul 10.30 kami bisa berangkat.

House of Sampoerna ini alamatnya ada di Jalan Taman Samporna. Untuk menuju ke sana kami melewati rute jalan Ahmad Yani, Wonokromo, Raya Darmo, Urip Sumoharjo, Basuki Rahmad, Embong Malang, Blauran, Bubutan, Tugu Pahlawan, Indrapura, Rajawali, lalu belok kiri sebelum eks penjara Kalisosok dan tibalah kami di House of Sampoerna ketika waktu menunjukkan pukul 11.00.

Bagi yang ingin berkunjung ke House of Sampoerna, ini dia jam buka museum seperti pengumuman yang tertempel di pintu museum:

  • Senin sampai Sabtu: 09.00 – 19.00
  • Minggu dan hari libur nasional: 09.00 – 18.00

Biaya masuk ke museum ini GRATIS!

Jadi House of Sampoerna ini isinya kisah perjalanan pabrik rokok Sampoerna mulai dirintis oleh pendirinya, hingga dijual oleh generasi penerusnya ke Philip Morris, pabrik rokok asal Amerika, pada kisaran tahun 2005, hingga sekarang.

Di museum ini pengunjung bisa menyaksikan dari lantai 2 proses produksi rokok Dji Sam Soe yang merupakan rokok andalan Sampoerna dari dulu hingga kini. Produksi rokok 2 3 4 itu dilakukan secara manual dengan tenaga kerja yang seluruhnya perempuan. Setiap pekerja mampu melinting hingga 500 batang rokok per jam, atau 8 batang per menit, atau hanya butuh waktu 7,5 detik untuk melinting sebatang rokok! Sangat cepat!

Di lantai 2 museum House of Sampoerna ini pengunjung dapat membeli cinderamata berupa kaos dan batik. Di sebelah bangunan museum terdapat cafe yang jam bukanya mengikuti jam buka museum.

Oia, House of Sampoerna ini memiliki bus pariwisata yang dapat dinaiki oleh para wisatawan secara gratis namun harus daftar dulu karena kapasitasnya sangat terbatas. Bus tersebut akan membawa penumpang mengunjungi beberapa tempat bersejarah di Surabaya. Rute yang dilalui bernama Surabaya Heritage Track.

Kembali ke Hotel, Lunch

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 maka kami segera menyudahi kunjungan ke Museum House of Sampoerna. Dalam perjalanan kembali ke hotel, kami berhenti sebentar di Jalan Gentang Besar untuk mengantarkan Bang Burhan dan Bang Rian membeli oleh-oleh.

Kami tiba di hotel pukul 13.00 karena siang itu perjalanan terbilang lancar. Karena sudah siang, kami langsung makan siang di Mariposa Restaurant. Menu yang saya pilih siang itu adalah penyetan khas Best Western Papilio Hotel Surabaya.

Wow, ada penyetan di hotel?!

Ya benar. Awalnya saya agak pesimis, apa iya chef hotel bisa bikin penyetan enak. Kalau makanan western tentu mereka sangat jago, bagaimana dengan makanan khas Surabaya? Ternyata juga jago! Sambalnya enak dan rasanya mantab. Saking enaknya, saya sampai lupa memotret penampilan penyetannya, hanya sempat memotret lalapannya. Hehe..

Yang tak kalah menarik adalah sate rempah khas Mariposa Restaurant. Ini adalah menu khusus yang disajikan pada hari-hari tertentu, dan kebetulan pada hari itu sedang tersedia. Dilihat dari penampilannya ini mirip dengan sempol khas Malang. Namun begitu digigit, ternyata rasanya jauh melebihi ekspektasi saya.

Jadi sate rempah ini terbuat dari daging sapi yang dicincang halus, kemudian dicampur dengan aneka rempah rahasia, kemudian ditempelkan ke tusuk sate lalu digoreng dengan teknik khusus. Rasanya jauh melampaui rasanya!

Perpisahan. Hiks…

Ada pertemuan ada perpisahan. Dan perpisahan selalu menyedihkan. Seperti pada siang itu ketika kami harus berpisah untuk kembali ke kota masing-masing. Sebelum berpisah, Bapak GM meyampaikan rasa terimakasihnya kepada kawan-kawan blogger.

Demikian juga kawan-kawan blogger menyampaikan rasa terimakasih dan mohon maaf atas segala kesalahan selama interaksi 3 hari 2 malam ini. Pada kesempatan tersebut saya maju ke depan mewakili blogger dari Surabaya, dari Malang diwakili oleh Cak Yuwono, dan dari Jakarta diwakili Bang Rian.

Pada kesempatan itu juga diumumkan dan dilakukan penyerahan hadiah untuk juggling competition yang dimenangkan oleh Ning Dewi Ratna, dan konten terbaik di medsos yang dimenangkan oleh Cak Budiono. Kami mendapatkan hadiah berupa voucher Leopard Gym dan Bantimurung Sky Pool yang dapat digunakan selama 7 hari sejak diaktifkan.

Sangat terimakasih 🙂

Siang itu kami meninggalkan restaurant dengan langkah gontai karena harus berpisah dengan kawan yang baru saja kami kenal. Terutama pengalaman menginap di Best Western OJ Hotel Malang dan Best Western Papilio Hotel Surabaya dengan segala fasilitas yang disediakan untuk kami.

Semoga bisa berjumpa di lain kesempatan dengan keadaan yang lebih baik. Oia, kami menunggu undangan dari Best Western Premier La Grande Hotel Bandung ya :p

Extend hingga Pukul 16.00

Atas kebaikan dari Best Western Papilio Hotel Surabaya, kami bisa extend hingga pukul 16.00. Dari restaurant, kami turun ke meja receptionist sebentar untuk mengaktifkan kembali kunci kamar yang sudah expired karena telah melewati masa stay.

Kebetulan malam harinya kami (saya, Cak Nuzulul, Ning Avy dan Ning Yuniari Nukti) mendapatkan undangan dari Kementerian Pariwisata Indonesia untuk menghadiri gala dinner pembukaan Mahapahit Travel Fair 2017 di Grand City Convention Hall.

Maka kami bisa istirahat sebentar di hotel hingga pukul 15.30 untuk kemudian meluncur bersama-sama ke Grand City dengan UberX.

Terimakasih Best Western Papilio Hotel Surabaya. Terkhusus untuk Ning Intan Manullang yang telah mengundang kami, dan untuk Bapak Agus Anom Suroto atas kesempatan yang diberikan dan sharing ilmunya.

***Selesai.

10 Comments

  1. Nurulrahma 29/04/2017
    • budiono 30/04/2017
  2. Abimanyu 30/04/2017
    • budiono 30/04/2017
  3. Evi 01/05/2017
    • budiono 01/05/2017
  4. Sri Rahayu 01/05/2017
    • budiono 01/05/2017
  5. HIPNOTIS 03/05/2017
  6. May 12/05/2017

Leave a Reply