Potensi Wisata Madura

Ini adalah catatan perjalanan saya selama 4 hari 3 malam menjelalah Madura bersama 50an blogger dari seluruh Indonesia. Jadi kami diundang oleh Komunitas Blogger Plat-M.COM untuk melihat dari dekat pesona wisata dan jejak BPWS di Madura.

Senang sekali rasanya mendapatkan kesempatan bertemu dengan blogger-blogger keren dari seluruh Indonesia. Acara seperti itu sungguh sudah lama tidak ada yang menyelenggarakan. Yang sering adalah kegiatan blogger di tingkat lokal.

Terimakasih setinggi-tingginya saya sampaikan kepada Plat-M, terkhusus Wahyu Alam, yang telah melayani kami selama di Madura. Saya sudah sering ke Madura, tapi mentok di Bebek Sinjay dan Kampus Universitas Trunojoyo di Bangkalan. Kunjungan ke Sampang, Pamekasan dan Sumenep benar-benar baru ketika famtrip #MenduniakanMadura sambil menyusuri #JejakBPWS kemarin.

Hari Pertama: KKJSM dan Pantai Nepa

Hari pertama, semua peserta menuju titik kumpul di Kantor BPWS di kaki Jembatan Suramadu sisi Surabaya. Di sana kami mendapatkan penjelasan dari pimpinan BPWS tentang pembangunan yang telah mereka lakukan di Madura. Sementara itu pembangunan di sisi Surabaya telah diambilalih oleh Pemkot Surabaya.

Sementara saya mendengarkan penjelasan dari BPWS, beberapa teman yang lain mengunjungi kaki Jembatan Suramadu sisi Surabaya. Saya sudah sering ke sana sehingga tidak ikut ke sana.

Setelah semuanya berkumpul, kami kemudian berangkat dengan 1 bus berkapasitas 50 penumpang. Saya duduk sebangku sama Vivi, blogger cantik anggota baru Plat-M. Panitia menaiki mobil masing-masing sambil membawa logistik.

Tujuan pertama kami adalah melihat lokasi pembangunan rest area di Kawasan Kaki Jembatan Suramadu sisi Madura (KKJSM). Di lahan seluas ratusan hektar tersebut sedang dilakukan pembangunan berbagai sarana dan prasarana. Lokasi tersebut nantinya akan dijadikan tempat peristirahatan dan pusat belanja oleh-oleh khas Madura.

Pedagang yang sekarang banyak menyebar di kanan kiri akses Suramadu, nantinya akan dikumpulkan di rest area tersebut sehingga nantinya dapat lebih teratur dan tidak ada lagi kendaraan yang berhenti sesuka hati di pinggir jalan.

Setelah meninjau lokasi pembangunan rest area di KKJSM, kami melanjutkan perjalanan ke Desa Batioh, Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang. Di sana kami akan menginap di rumah warga.

Setelah menaruh barang di penginapan, kami langsung bermain ke Pantai Nepa dan melihat ratusan ekor kera di Hutan Kera Nepa. Lokasinya sangat dekat dari penginapan jadi kami cukup jalan kaki.

Setelah puas jalan-jalan di Pantai Nepa dan Hutan Kera Nepa, kami kembali ke penginapan untuk mandi dan persiapan sholat maghrib.

Selepas Isya’ panitia menghadirkan Kepala Desa setempat untuk menceritakan tentang kegiatan warga setempat dan bagaimana upaya yang dilakukan untuk mendukung wisata Pantai dan Hutan Kera Nepa. Beberapa kawan blogger menyampaikan masukan tentang bagaimana menjaga kebersihan pantai dan penyediaan penginapan untuk calon wisatawan.

Hari Kedua: Air Terjun Toroan, IPP Pasongsongan dan Menyeberang ke Gili Iyang

Hari kedua di Madura, paginya kami kembali bermain ke Pantai Nepa. Panitia telah menyiapkan permainan memindahkan karet gelang dari satu titik ke titik lain dengan cara mengoper pakai sedotan. Seru banget!

Habis bermain ke pantai, kami lalu bebersih diri dan sarapan. Menunya masih sama seperti makan malam kemarinnya, yaitu aneka olahan ikan dengan sayur kelor. Di Madura memang mudah untuk menemukan tanaman kelor sehingga setiap kali makan hampir selalu ada sayur kelor.

Setelah sarapan, sekitar pukul 07.00 kami berangkat melanjutkan perjalanan. Tujuan kami adalah Kabupaten Sumenep di ujung timur Pulau Madura untuk kemudian menyeberang ke Gili Iyang menggunakan perahu.

Dalam perjalanan ke Sumenep tersebut kami mampir ke Air Terjun Toroan di Desa Ketapang Daya, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang. Kami tiba di Air Terjun Toroan sekitar pukul 08.30.

Air Terjun Toroan ini berbeda dengan air terjun pada umumnya yang berada di dataran tinggi. Air Terjun Toroan ini berada di tepi pantai, sehingga air dari sungai langsung terjun ke tepi pantai di bebatuan yang sangat terjal. Namun demikian pengunjung dilarang untuk mandi di bawah air terjun karena konon landasan air terjun tersebut sangat dalam.

Kami hanya diberi waktu 30 menit di Air Terjun Toroan karena perjalanan ke Sumenep sangatlah jauh. Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Sumenep.

Insiden Carok!

Beberapa meter setelah bus meninggalkan air terjun toroan, tiba-tiba ada sebuah mobil memotong laju bus. Sontak sopir bus menginjak rem keras-keras dan bus berhenti seketika. Semua penumpang sangat kaget.

Ada apa ini?

Seseorang dari mobil kemudian menggedor-gedor pintu bus. Setelah dibukakan oleh kernet, ia langsung menghambur ke Vicky, seorang panitia yang bertugas sebagai pemandu wisata. Orang yang ternyata juga panitia tersebut lansung marah-marah dengan bahasa madura.

Sekilas saya mendengar dan bisa mengerti percakapan mereka. Ternyata ada kesalahfahaman. Pertengkaran makin sengit dan ada ucapan untuk adu duel ala Madura, yaitu CAROK!

Seluruh penumpang bus hening seketika. Mereka fokus mendengarkan. Mungkin tidak banyak yang faham karena pakai bahasa Madura. Tapi saya sedikit mengerti maksud mereka. Intinya ada masalah perselingkuhan yang harus diselesaikan dengan cara carok. Petugas kepolisan yang berusaha melerai mereka malah didorong keluar untuk tidak ikut campur. Makin tegang!

Akhirnya mereka sama-sama turun dari bus untuk menyelesaikan urusan di luar bus.

Ternyata itu semua hanya settingan panitia! Asyem!

Panitia hendak menunjukkan apa itu carok. Bahwa carok bukanlah seperti yang sering kita dengar. Carok adalah budaya Madura untuk mempertahankan harga diri. Daripada putih mata lebih baik putih tulang. Daripada menanggung malu keluarga, lebih baik mati dengan terhormat. Begitulah kira-kira!

Perjalanan menuju Kabupaten Sumenep dilanjutkan menyisi jalur utara Pulau Madura. Perjalanan kami tempuh selama 4 jam lebih hingga akhirnya kami tiba di IPP Pasosongan sekitar pukul 12.30. Tempat itu dulu namanya Pelabuhan Pendaratan Ikan Pasongsongan, dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan merupakan pelabuhan pendaratan ikan terbesar di Madura.

Di IPP pasongsongan kami melihat proses penurunan ikan hasil tangkapan nelayan. Ikan-ikan tersebut kemudian ditata dan dibekukan. Di sekitar lokasi juga terjadi transaksi jual beli ikan antara nelayan dengan tengkulak.

Kami berada di IPP Pasongsongan hanya sekitar 30 menit karena cuaca mulai mendung. Pukul 13.00 kami melanjutkan perjalanan ke Dermaga Dungkek. Dari sana akan menyeberang ke Gili Iyang menumpangi perahu nelayan.

Saya lupa mencatat waktu. Foto dan video yang saya ambil menggunakan kamera HP juga error sehingga tidak bisa melihat timestamp-nya. Seingat saya, kami menyeberang ke Gili Iyang dalam cuaca gerimis dan langit mendung gelap. Saya agak khawatir tentang apa yang akan terjadi dalam penyeberangan. Tapi pasrah saja lah, toh di perahu yang kami naiki sudah ada pelampung yang jumlahnya sama dengan jumlah penumpang.

Panitia menyewa 2 perahu. Masing-masing dinaiki 25 penumpang ditambah awak perahu sebanyak 2 orang. Perahu selebar kira-kira 2 meter dan panjang 10 meter tersebut membawa kami menuju Gili Iyang dalam ombak yang cukup tenang meskipun cuacanya mendung. Alhamdulillah..

Kami tiba di Gili Iyang menjelang waktu Ashar. Kami disambut motor roda 3 dari dermaga menuju penginapan. Motor roda 3 tersebut merupakan satu-satunya moda transportasi bermotor yang ada di Gili Iyang. 1 motor roda 3 dapat dinaiki oleh 8 orang penumpang. Kami akan menginap di rumah singgah yang dibangun oleh BPWS.

Setiba di rumah singgah, kami langsung sholat jamak qoshor Dhuhur dan Ashar. Setelah sholat, kami kembali diangkut menaiki motor roda 3 menuju rumah salah satu warga untuk makan siang setengah sore.

Setelah makan siang setengah sore tersebut, kami diajak mengunjungi Goa Mahakarya yang lokasinya tak jauh dari penginapan. Goa tersebut memiliki luas sekitar 400 meter. Dari jalan pavingan, kami harus berjalan beberapa ratus meter untuk menuju Goa Mahakarya.

Setibanya di Goa Mahakarya, perasaan saya mendadak tidak enak. Ada sesuatu yang sedang mengawasi kami di mulut goa. Maka ketika teman-teman masuk ke dalam goa, saya putuskan untuk tidak ikut masuk dan segera kembali ke tempat dimana motor roda 3 tadi diparkir.

Sekitar 1 jam kemudian teman-teman blogger kembali dari Goa Mahakarya. Kami kembali ke penginapan dan segera antri mandi. Penginapan ini terdiri dari 4 bangunan. 1 Mushola, 1 pendapa, 1 rumah untuk pria dan 1 rumah untuk perempuan. Di setiap rumah ada 1 kamar mandi. Untungnya di luar penginapan ada kamar mandi umum sehingga antrian bisa lebih cepat.

Oia, Gili Iyang merupakan pulau yang memiliki kadar oksigen tertinggi ke-2 di dunia. Hal tersebut telah dibuktikan oleh LAPAN melalui penelitian selama beberapa bulan. Hasilnya, ditemukan 17 titik dengan kandungan oksigen sangat tinggi. Dengan kondisi seperti itu, sebenarnya alangkah lebih baik jika masyarakat sekitar tidak menggunakan kendaraan bermotor supaya tidak mencemari oksigennya.

Sedianya malamnya kami akan disambut oleh Bapak Kepala Desa Banra’as, namun ternyata beliau sedang ada di Jakarta untuk suatu keperluan. Maka setelah makan malam kami menghabiskan malam dengan ngobrol berkelompok sesuai keinginan masing-masing.

Hari Ketiga: Pantai Ropet dan Menyeberang Kembali ke Pulau Madura

Besok paginya, Kamis 24 November 2016 kami diajak panitia untuk mengunjungi Pantai Ropet di Gili Iyang. Ini adalah pantai karang dengan deburan ombak yang menenangkan.

Kami berangkat ke Pantai Ropet masih dengan menaiki motor roda 3. Pengemudi menurunkan kami di Pantai Fosil. Dinamakan Pantai Fosil karena di sana terdapat fosil tukang ikan paus yang dibiarkan begitu saja di alam terbuka.

Puas mengamati fosil tersebut, kami berjalan menyusuri tepi pantai dari sisi atas batu karang. Tiba-tiba perhatian saya tertuju pada seorang kakek yang sedang duduk santai di atas pohon siwalan. Padahal pohon itu cukup tinggi, mungkin sekitar 10 meter. Tapi si kakek tampak tidak takut sama sekali.

Ternyata kekek tadi sedang memerah nira dari pohon siwalan atau lontar. Nira tersebut akan diolah menjadi gula merah dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat di Gili Iyang. Selain untuk membuat gula merah, nira siwalan tersebut jika direbus bisa menjadi minuman khas Gili Iyang yang sangat nikmat!

Sebenarnya kami hendak menikmati sun rise di Pantai Ropet. Tapi apa boleh buat, kami berangkat dari penginapan pukul 06.00 dan sampai di lokasi ternyata cuaca sedang mendung. Matahari terus beranjak naik tanpa bisa kami abadikan sinarnya!

Maka sayapun menikmati deburan ombak yang menghantam batu karang. Di kejauhan sana saya bisa melihat ada beberapa perahu nelayan yang sedang mencari ikan.

Puas menikmati pantai karang, kami kemudian menikmati sarapan pagi di tepi pantai. Warga sekitar telah menyiapkan sarapan kami. Menunya masih sama dengan kemarin sore dan malamnya, yaitu menu ikan bakar dengan sayur kelor. Bedanya, pagi itu nasinya dikukus dalam bungkusan daun pisang sehingga rasanya terasa lebih nikmat.

Setelah sarapan selesai, kami kembali ke penginapan untuk mandi dan bersiap-siap menyeberang kembali ke Pulau Madura. Tujuan kami setelah menyeberang adalah:

  • Mengunjungi Bandara Trunojoyo Sumenep
  • Mengunjungi Sentra Budidaya Rumput Laut Saronggi Sumenep
  • Mengunjungi Batik Klampar di Pamekasan
  • Mampir ke Rumah Slametux (blogger Madura yang sudah lama absen dari dunia online karena merawat Ibunya yang sakit)
  • Menginap di Desa Kwanyar Bangkalan

Kemudian Jumat, 25 November 2016 hari terakhir kami di Madura akan diisi dengan melihat Jembatan Suramadu bawah jembatan sisi Madura, kemudian mengunjungi pusat oleh-oleh Batik Tresna, lalu setelah jumatan rencananya akan dijamu di Bebek Ole-Olang dan kemudian kembali ke rumah masing-masing.

Agenda mulai menyeberang kembali ke Pulau Madura hingga kembali lagi ke rumah masing-masing akan saya tulis di postingan berikutnya.

[bersambung]

15 Comments

  1. Berri Anam 07/12/2016
  2. Fajrin Herris 07/12/2016
  3. Nila Wilda A 07/12/2016
  4. Uniek Kaswarganti 07/12/2016
  5. dian 08/12/2016
  6. Molly 08/12/2016
    • budiono 19/04/2017
  7. WHIZ 08/12/2016
  8. ndop 08/12/2016
    • budiono 19/04/2017
  9. Zamsjourney 15/12/2016
    • budiono 19/04/2017
  10. khuclukz 26/12/2016

Leave a Reply